Demokrasi di Aceh Menurut Ulama Dayah

Minggu, 26 Mei 2013

Maka tidak heran jika kemudian mereka mencoba melakukan apa saja untuk menjadi pemenang di pentas demokrasi. Kecurangan, manipulasi, dan bahkan penghilangan nyawa manusia dianggap sebagai sesuatu yang sah. Setelah mereka menguasai panggung demokrasi dan tampil sebagai pemenang, dengan alasan mereka adalah produk-produk demokrasi, berbagai pekerjaan yang menghancurkan negeri ini pun mudah saja dijalankan dan dilestarikan. Kepentingan-kepentingan rakyat terus terabaikan dan kehancuran di berbagai tatanan kehidupan terus mendera bangsa ini. Akhirnya, negara gagal menjamin hak-hak rakyat. Hak untuk berbhineka tunggal ika, hak untuk mendapatkan pekerjaan, hingga hak menikmati hdup bisa lebih baik. Realitasnya demokrasi Indonesia dan Aceh memang dikuasai oleh para pemodal, bukan kaum idelis dan moralis. Memang ada satu dua produk demokrasi yang bersungguh-sungguh bekerja demi bangsa Indonesia, mengeluarkan rakyatnya dari jurang kepapaan, tapi bisa dicatat bahwa jumlah mereka sangat sedikit.

Berikut wawancara Tim SuaraAceh.com dengan Tgk.H.M.Yusuf A.Wahab, Pimpinan Dayah Babussalam Jeunieb Bireuen terkait bagaimana membangun demokrasi agar tetap dalam jalur moral Islam.

SuaraAceh.com: Bagaimana menurut Abi sistem demokrasi?

Tgk.H.M.Yusuf A.Wahab: Demokrasi dalam perspektif Islam boleh-boleh saja asalkan menempatkan sesuatu pada tempatnya. Artinya sistem ini tidak boleh dibangun atas fondasi materialistis
SuaraAceh.com:Menurut Abi, bagaimana caranya mengbangun demokrasi agar tetap dalam jalur moral?
Tgk.H.M.Yusuf A.Wahab: Demokrasi Harus dibangun atas fondasi Moral. Untuk mencapai hal ini maka ulama harus ber maqam pada posisi Ishlah . Ulama harus menjadi pelaku perubahan, bagai dokter yang mengobati siapa saja yang sakit. Kita harus berdemokrasi  dibawah hak veto lembaga ulama dan ahlul hilli wal ‘aqdi sebagai pemegang hak veto agar demokrasi tdk kebablasan. Ahlul hilli wal ‘aqdi adalah terdiri dari para ulama dan kaum cendekiawan. Ini berdasarkan hadist Rasulullah, bahwa “Tegaknya dunia dengan 4 perkara. 1. Ilmunya para ulama. 2. Adilnya para umara. 3. Hartanya orang kaya. 4. Do’anya orang fakir. Hadist ini memberikan sebuah makna penting, bahwa, Dunia tegak dengan ilmunya para ulama, Dengan ilmunya para ulama maka adillah para umara, Orang kaya akan mau bersedekah, Orang miskin akan bisa berdo’a. inilah kaitannya antara peran ulama dengan bagian kehidupan lainnya.
Tentang Ahlul hilli wal ‘aqdi tadi, mereka harus menilai dan menyeleksi moral dan kapasitas yang layak para kontestan demokrasi. Karena ketika moral tidak menjadi fondasi demokrasi, maka akan lahir berbagai kehancuran dalam semua tatatan kehidupan
SuaraAceh.com: Siapa saja yang duduk di lembaga ahlul hilli wal ‘aqdi ?
Tgk.H.M.Yusuf A.Wahab: Dalam ini ahlul hilli wal ‘aqdi harus ada kelompok lain dari berbagai macam latar belakang yang memiliki berbagai macam bidang pembangunan ummat. Ada 2 pelakasana fungsi ahlul hilli wal ‘aqdi, pertama, Kapasitas nilai-nilai politis, dari kalangan ulama yang mampu mempengaruhi kebijakan teknis. Kedua, Pelaksana tekhnis (pemerintahan, baik legislatif maupun eksekutif).
Disini sangat dibutuhkan urgensi Independensi Ulama dimana dalam perannya, Pemikiran khas seorang ulama yang tidak keluar dari posisinya sebagai maqam Ishlah. Harus juga harus mampu melihat persoalan. Mereka perlu Menyatukan persepsi ulama agar searah (membangun kesepahaman Ulama, Bagaimana ulama dahulu bisa sepaham diantara mereka, apa pentingnya kesepahaman antara mereka. Terakhir, untuk melahirkan ahlul hilli wal ‘aqdi, ulama hatus memperkuat jaringan nya.

SuaraAceh.com: Apa saja tahapan mengembalikan posisi ahlul hilli wal ‘aqdi?
Tgk.H.M.Yusuf A.Wahab: Dalam rangka mengembalikan posisi ahlul hilli wal ‘aqdi ini, perlu dilakukan beberapa hal.
Dalam rangka mengembalikan posisi ahlul hilli wal ‘aqdi ini, hal terpenting yang harus dilakukan adalah membangun pola pikir ummat lewat dakwah yang komperhensif dan tidak parsial, yaitu 1.dakwah dalam politik, tentang bagaimana idealita politik Islam, tapi tidak dilakukan oleh partai politik, 2. Dakwah sosial dan adat. 3. Dakwah bidang ekonomi, bagaimana wujud ekonomi Islam. 4. Dakwah bidang pendidikan, bagaimana wujud pendidikan Islam. Dakwah yang komperhensif ini perlu untuk melahirkan kekompakan dan efektifitas dakwah
Dakwah komprehensif ini sangat penting karena kita bangsa Aceh telah terlepas dari ideologi Islam sehingga menyebabkan disorientasi individual dan kehancuran sosial masyarakat dan bernegara.


Selain itu juga diperlukan Langkah-langkah berikut: Seperti dengan menata kembali system Pendidikan kita. Perbaikan mainsead berfikir, dari arah ke materialistis menuju moralitas Islam. Di semua lembaga pendidikan, umum dan khusus. Harus mengutamakan fardhu ‘ain. Fardhu ‘ain bukan hanya masalah bias shalat, tapi juga harus mampu membentuk karakter seseorang.  Selektif memilih orang-orang yang menjadi stakeholder bidang pendidikan. Bagi rakyat harus betul-betul memilih pemimpin yang memiliki pemimpin yang bagus dalam memahami urusan pendidikan dalam perspektif Islam--- dia harus mampu menyelesaikan segala persoalan dari sisi Islam. Jangan ada sisi-sisi pemikiran dan kebijakan pendidikan yang lepas dari tatanan Islam. Demikian Tgk.H.M.Yusuf A.Wahab. 

0 komentar:

Posting Komentar